Memutus Rantai Kemiskinan Melalui Pendidikan, Rifa dan Sali Dirikan Rumah Belajar Gartala

Bagikan:

ANTARANNEWS.COM, BANDUNG – Berangkat dari ide menyediakan wahana belajar yang menyenangkan bagi adik mereka selama masa pandemi, Rifa Rihhadatul’Aisy Setiadin (21) dan Saliimah Abdiilah Husna (21) mendirikan Rumah Belajar Gartala di bilangan Sarijadi, Kota Bandung, Jawa Barat.

Kedua pendiri Rumah Belajar Gartala merupakan mahasiswa aktif di Bandung. Salimah menempuh pendidikan di jurusan Teknik Informatika di Politeknik TEDC, sedangkan Rifasedang mendalami pendidikan jurusan PGSD di Universitas Pendidikan Indonesia. Mereka adalah sahabat kecil yang memiliki visi serupa dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

Berawal dari kegelisahan akan adik mereka yang tidak produktif selama pandemi, mendorong keduanya untuk menyediakan wahana belajar yang menarik bagi adik mereka. Akhirnya, teman sepermainan adik mereka yang tinggal di area yang sama turut terlibat meramaikan kelas. Hingga kemudian keseruan anak didik ini dalam belajar menarik perhatian anak-anak putus sekolah lainnya yang secara tidak sengaja melewati Rumah Belajar Gartala.

Disaat yang bersamaan, Salimah harus pindah rumah. Hal ini menjadi kebetulan yang menguntungkan bagi Rumah Belajar Gartala. Salimah dan Rifa diizinkan menggunakan bekas kontrakan tersebut secara cuma-cuma di tahun 2021. Namun di tahun berikutnya mereka harus membayar kontrakan. Setelah berdiskusi dengan pemilik kontrakan, dia menghargai semangat juang keduanya dan potensi Rumah Belajar Gartala, pemilik kontrakan pun setuju bahwa mereka bisa membayar semampunya untuk kontrakan tersebut.

Baca Juga:  Kapolres Jaring Keluhan Masyarakat Abdya

Kebaikan ini pun diteruskan oleh Rifa dan Salilmah, mereka sama sekali tidak memungut biaya apapun untuk pendidikan yang mereka berikan. Mereka mengandalkan donasi dan uang saku mereka untuk memenuhi kebutuhan rumah belajar.

Rumah Belajar Gartala kini menjadi komunitas belajar bersama bagi anak-anak di daerah tersebut. Anak-anak memperoleh bantuan dalam pembelajaran sehari-hari. Anak didik yang belajar disini tidak hanya 10 anak sekitar, tetapi juga 15 anak yang berasal dari keluarga pemulung yang tinggal tidak jauh. Mereka belajar di Rumah Belajar Gartala karena kebanyakan dari mereka tidak mendapatkan pendidikan yang layak, ada yang berhenti sekolah dan ada juga yang sekolah namun kemampuan belajar mereka rendah. Namun, mereka memliki semangat belajar yang berapi-api.

Rumah Belajar Gartala memberikan kelas setiap hari Sabtu dan Minggu. Pengajar membagi setiap pertemuan ke dalam dua sesi. Sesi pertama pukul 10:00 hingga 12:00 WIB diperuntukkan bagi anak-anak yang putus sekolah. Selama sesi, mereka akan belajar membaca dan menulis. Kemudian sesi kedua dimulai pukul 13:00 hingga 15:00 WIB diperuntukkan bagi anak-anak sekolahan yang ingin berkonsultasi tentang pekerjaan rumah mereka dan memperoleh bimbingan untuk memahami materi sekolah.

Baca Juga:  Oknum PNS di Abdya Diduga Nyambi Jadi Rentenir, Beri Pinjaman 2 Juta Tagih Sampai 7 Juta

Diambil dari Bahasa Sansekerta, Gartala bermakna Gauri yang berarti penghidupan yang tentram, Arunika yang berarti seberkas cahaya mentari pagi, dan Kartala yang berarti Penerang. “Sesuai namanya, kami ingin keberadaan rumah belajar ini menjadi wadah terwujudnya proses belajar mengajar yang kreatif, inovatif, dan inklusif bagi seluruh generasi muda Indonesia,” jelas Saliimah Abdiilah Husna, pendiri Rumah Belajar Gartala.

Banyaknya anak didik yang bergabung membuat Rifa dan Salimah makin semangat berkontirbusi. Mereka aktif menceritakan aktivitas mereka melalui kanal digital hingga akhirnya banyak mahasiswa lain dari berbagai daerah seperti Jakarta, Pangandaran, Bekasi, Karawang, dan Bandung hadir menjadi relawan mengajar di Rumah Belajar Gartala.

Tidak hanya itu, Rumah Belajar berukuran kira-kira 50 meter persegi itu juga tidak jarang kedatangan tamu dari komunitas atau perkumpulan anak muda lainnya. Tidak hanya dari wilayah Bandung, namun ada juga dari Bogor dan Jakarta.

Seperti baru-baru ini, Rumah Belajar Gartala mendapat kunjungan dari Forest Interactive Indonesia, salah satu perusahaan teknologi yang bermarkas pusat di Malaysia dan memiliki kantor cabang di Jakarta dan Bandung. Bersamaan dengan perayaan International Day of Education yang diperingati 24 Januari lalu, relawan yang berasal dari karyawan Forest Interactive turut mengajar dan bermain dengan anak-anak didik Rumah Belajar Gartala. Salah satunya memperkenalkan gawai digital dan cita-cita di bidang telkologi telekomunikasi kepada anak-anak.

Baca Juga:  Akibat Erosi, Badan Jalan di Gampong Keude Padang Amblas ke Sungai

Shiddiq Arrasyid (32), salah satu relawan yang juga bekerja sebagai Asisten Menejer Kreatif mengaku senang dapat berinteraksi dan mengajar langsung ke anak-anak. “Kegiatan ini sangat bagus, terutama bagi tim kami di kreatif, agar dapat sejenak melepaskan rutinitas pekerjaan. Bagi saya, bertemu dengan anak-anak juga Rifa dan Salimah membuat saya semakin yakin pentingnya pendidikan yang inklusif untuk semua”, ungkap Shiddiq.

Seraya dengan peryataan Shiddiq, Rifa sang pendiri juga berkeyakinan apa yang ia dan teman-temannya lakukan di Rumah Belajar Gartala semata untuk memberikan akses pendidikan yang inklusif untuk semua. “Kami disatukan oleh visi yang sama. Jika kontribusi yang kami lakukan bisa sedikit membantu dalam memutus rantai kemiskinan dengan pendidikan, maka kami akan lakukan,” tutup Rifa Rihhadatul’Aisy Setiadin, pendiri Rumah Belajar Gartala.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.